Cerita Malam - Si Narti, Pembantu ABG
Cantik Tapi Sudah Janda, selamat membaca.
Saat SMA aku tinggal bersama keluarga yang terhitung masi saudara. Untuk
membantu pekerjaan rumah, keluarga itu memperkerjakan seorang pembantu,
janda, masih abg dan cantik. Seneng aku melihat Narti, begitu nama
janda yang pembantu itu. Aku mondok di salah satu kamar dan Narti tidur
dikamar sebelah kamarku. Sudah beberapa kali aku ngintip Narti ketika
dia abis mandi.
Dari jendelanya yang tidak tertutup korden dengan sempurna aku sudah
beberapa kali memandang penuh napsu ke body Narti yang putih mulus,
toketnya sempurna bentuknya, gak besar si, tapi gak juga kecil, dihiasi
dengan pentil imut berwarna pink, pertanda belum sering diemut lelaki.
Kalo toh Narti dah gak prawan, paling dia baru beberapa kali ngerasain
kemasukan kontol di memeknya.
Perutnya rata dengan puser yang berbentuk
segaris, dan jembutnya lebat juga, rapi menutupi daerah memeknya.
Pernah satu malem, aku pulang terlambat, kudengar erangan dari kamar
Narti, ketika kuintip, Narti sedang telentang telanjang bulet, tangan
satunya meremas toketnya sembari memelintir pentilnya sedang tangan
satunya sedang mengilik itilnya sendiri. Wah napsuku melonjak drastis.
kontolku langsung keras, tetapi aku belum berani melakukan lebih jauh
dari sekadar ngintip terus, akhirnya aku gak tahan.
aku masuk ke kamarku sendiri dan mengocok kontolku abis2an sembari
membayangkan sedang ngen totin si Narti sampe akhirnya pejuku muncrat
dengan derasnya. Ketika aku keluar kamar, kulihat kamar Narti sudah
gelap, rupanya dia sudah selesai mengilik dirinya sendiri, gak tau
klimax atau enggak. Esok harinya, aku berusaha nanya ke Narti, "Ti,
semalem kamu sakit ya". "Enggak kok mas", dia memanggilku mas. "Aku
denger kamu merintih2 kok". Narti kulihat merah mukanya, "Gak apa kok
mas", sembari menghindar supaya aku gak bertanya lebih jauh. "Kok malu
si Ti, emangnya semalem kamu ngapain, aku tau lo kamu ngapain",
gangguku. "Mas ngintipin Narti ya", katanya malu. "Abis rintihan kamu
bukan rintihan sakit si".
"Abis rintihan apa". "Rintihan berahi, lagi napsu ya Ti, kok gak ngajak2
si kalo lagi horny", kataku to the point. Kemudian dia berlalu sambil
tersipu.
Malemnya, Narti papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya. "Mo
merintih lagi Ti", godaku. "Ah mas nggodain Narti aja nih, kan malu,
mana diintip lagi". "Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak taunya
lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih". "abis liat mas telanjang". "Hah",
sekarang aku terkaget2 rupanya dia juga ngintipin aku kalo aku dikamar
telanjang dan ngocok sendiri. Pantes aku suka denger kresek, sampe aku
kirain ada tikus, gak taunya Narti yang ngintip lewat korden yang gak
rapet. "satu sama dong", kataku lagi. "Daripada kamu ngintip gak jelas,
aku mau kok kasi liat ma kamu. Mau liat gak".
"Mas punya besar ya, panjang lagi".
"Memangnya kamu dah pernah liat punya
lelaki laen". "Cowok Narti dulu". "Besar gak". "Besaran dan panjangan
punya mas". "Sekarang masi?" "Udah enggak, padahal aku dah kasi nikmat
ma dia, dia malah ninggalin aku ma cewek yang lebih montok dari aku".
"Kasian deh, dah jadi cewek aku aja ya, aku tipe lelaki setia kok".
"Setia apanya, suka ngintipin orang kok setia". Aku cuma tertawa
mendengarnya. "Kamu bisa mijet kan, aku mau dong dipijetin". "Mas pengen
dipijet ato mo mijet Narti". Dua2nya, pijetin aku ya, pegel2 nih
badan". "Iya deh, tapi cuma mijetin aja yah". Aku menggangguk. Kuajak
dia masuk kekamarku, pintu kututup. aku masuk kamar mandi dan melepaskan
semua yang nempel dibadanku. kontolku dah tegak keras banget, napsuku
dah sampe diubun2, pokoknya malem ini aku harus nikmati Narti, kayaknya
dia juga gak keberatan kok ngen tot ma aku. Aku keluar dari kamar mandi
dengan membelitkan handuk di pinggang, "Kamu gak buka baju Ti, ntar
keringatan".
Narti hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketika itu. "Ntar mas
napsu lagi kalo Narti buka baju, gini aja gak apa ya mas". "Ya terserah
kamu ja, kan gak enak kalo kringeten". Aku menelungkup didepan. Dia
mulai memijat pahaku. Pijatannya makin keatas, sampai batas handuk,
kemudian langsung ke pinggang, terus sampe ke pundak. Setelah selesai
dia melap badanku dengan handuk basah. "Depannya enggak Ti, sekalian
aja", pintaku sambil membalikkan badan. Dia terkejut ketika aku sudah
berbaring telentang, kontolku nongol dari lipatan handuk.
kontolku
besar dan panjang dan sudah keras banget. "Ih mas, kok ngaceng sih",
katanya genit. "Berdua sama cewek cakep dan seksi kaya kamu, mana bisa
nahan napsu. Remes kontolku aja ya Ti", kataku sambil menarik tangannya
dan kuarahkan ke kontolku. Dia menurut saja, langsung kulepas lipatan
handukku, sehingga terbukalah akses ke kontolku. Diremes dan dikocok
pelan, "mas besar banget kontolnya, panjang lagi.
Ngacengnya keras banget". napsunya bangkit juga, sehingga kocokannya
makin cepat. Aku segera duduk dan memeluknya. Bibirnya langsung kucium.
"Ti, dilepas ya baju kamu, aku dah kepengen gantian mijit kamu ni".
"Janjinya enggak kan mas". Kembali bibirnya kucium dengan ganas,
sementara tanganku mulai mengelus2 toketnya. "Ti dibuka ya bajunya, aku
pengen meremes langsung toket kamu". Tanpa menunggu jawabannya, aku
melepas tanktopnya. Narti mengangkat tangannya keatas untuk mempermudah
aku melepaskan tank topnya.
Kemudian giliran celana pendeknya yang aku
selorotkan. aku membelalak melihat bodinya yang hanya terbungkus bra dan
cd, "Ti, kamu napsuin sekali". Lampu kamar segera kupadamkan. Yang
menyala sekarang hanya lampu tidur yang temaram. Biar lebih romantis.
Aku segera membaringkan tubuhnya disampingku.
Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku menggeser badanku mendekati
dia. kontolku langsung melonjak begitu bersentuhan dengan lengannya. Dia
berbaring diam di sampingku. Tiba-tiba dia memeluk dadaku. “Kenapa Ti,
dingin yaaa……..”, kataku, aku meluncurkan tangan kiriku ke atas
kepalanya. Dengan reflek dia mengangkat kepalanya dan tanganku jadi
memeluk kepalanya. Dengan manja dia menyandarkan kepalanya ke bahu
kiriku.
Aku mengelus kepalanya dengan lembut. Kuciumi rambut dan
kepalanya dengan lembut. Aku semakin mempererat pelukannya dan
melingkarkan kakiku ke pahanya. Sehingga pahanya menyentuh kontolku.
"mas…”, desahnya sambil menengadahkan wajahnya ke wajahku. Aku segera
memagut bibirnya. Lama bibir kami berpagutan.
Kami sampai terengah-engah karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami
berhenti berciuman karena sudah tidak bisa bernafas lagi. Setelah
menarik nafas sebanyak-banyaknya, kami saling berpandangan, dan
tersenyum. Aku kembali merenggut lengannya dan cepat memangut bibirnya.
Dia melayani cumbuanku. Aku melepas branya dan meremas-remas toketnya .
Dia mendengus-dengus dan seperti kejang-kejang waktu aku memelintir
pentilnya. Aku kembali memagut bibirnya. Dia menggeliat-geliat. Kuciumi
toketnya. Dia agak menggeliat. Kemudian aku mulai menjilati toketnya,
memutari toketnya bergantian. Kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil.
Kemudian kusedot pentilnya sambil kugigit pelan.
Dia kembali menggeliat
sambil mengangkat pantatnya.
Aku menggapai cdnya dan kupelorotkan ke bawah. Sambil tetap menggigit
dan mengisap pentilnya, aku menggunakan kaki kananku untuk menurunkan
cdnya sampai terlepas sama sekali. Kemudian kuusap memeknya yang
dilingkari jembut yang lebat. Aku mengangkat kepalaku untuk lebih jelas
melihat memeknya. Kemudian aku mengulum pentilnya. Kemudian jilatanku
mulai turun ke arah perutnya. Dia agak meregang waktu lidahku menelusuri
permukaan kulitnya dari mulai pentil sampai ke arah pusernya.
Kemudian
aku kembali memandangi memeknya. Aku duduk langsung menghadap memeknya.
"Ti, jembut kamu lebat, pasti napsu kamu besar ya. Kamu gak puas kan
kalo cuma dien tot seronde", kataku sambil mendekatkan wajahku ke
memeknya. Dia hanya mendesah saja. Pelan kucium memeknya.
Dia menggeliat. Kemudian kujilat dengan lembut sekitar bibir memeknya.
Dia mengangkat pantatnya sambil berpegangan pada sepre sambil mendesah,
“aaaaaaahhhhhh..”. Aku kemudian menciumi pahanya. Dia melonjak-lonjakan
pantatnya beberapa kali. Setelah agak lama menciumi pangkal paha sampai lututnya, aku mulai mengarahkan jilatan pada memeknya. Aku menjilati
bibir memeknya. Dia menggelinjang dan mendesah, "auuhhhhhhhhh…….”.
Kubuka sedikit bibir memeknya yang sudah basah kuyup, dan segera
menjilat itilnya,
“AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhnya keras dan
mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kumasukkan lidahku ke dalam memek
nya kemudian kuputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling
memeknya. Dia semakin bernapsu.
Dijambaknya rambutku sambil menekan kepalaku semakin keras ke arah
memeknya. Sesekali aku menggigit it ilnya diselingi dengan sedotan.
Napasnya makin tidak beraturan. Dia mendesah-desah dan kadang-kadang
menjerit kecil, terutama pada saat it ilnya kugigit-gigit.Akhirnya,
kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuat sekali. Kedua tangannya juga
menekan kepalaku sekuat tenaga sehingga hidungku pun tenggelam dalam
bukit memeknya. Dia mengerang dan menggelinjang. Aku menyedot memeknya
sambil menggigit it ilnya terus. Dia terhempas ke kasur dengan
mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Aku terbebas dari jepitan
kakinya. Aku terengah-engah sedangkan dia tergeletak lemas. Kucium sekali
lagi memeknya.
dia hanya tersenyum, "mas, luar biasa deh lidahnya, pake
lidah saja Narti sudah nyampe, apalagi pake ****** besar mas ya".
Kemudian aku menaiki tubuhnya dan ****** kutempelkannya di bibir
memeknya. Kudorong kepala kontolku dengan jari supaya masuk ke memeknya.
Dia mendesah waktu kepala kontolku memasuki memeknya. Kemudian aku
menggerakkan sedikit maju mundur sehingga dengan pelan tapi pasti
seluruh kontolku terbenam di memeknya. Dia mendesah dan berpegangan erat
pada sprei. Setelah kontolku masuk semua, aku menciumi bibirnya,
kemudian agak membungkukkan badanku untuk mengemut pentilnya. “Siap,
Ti?”, tanyaku. “Hmmmm..”, dia mengangguk kecil dan tersenyum.
Aku meletakkan kedua tanganku di samping bahunya seperti orang push up.
Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat pantatku. Setengah kontolku
keluar, kemudian kudorong lagi. Semakin lama gerakan naik turun semakin
cepat.
toketnya terguncang-guncang waktu aku melakukan gerakan memompa
ini. Dengan gemas aku mencium, menyedot dan menggigit pentilnya juga.
Dia mengimbangi gerakanku dengan memutar pantatnya seirama dengan
gerakan pantatku naik turun. Terasa sekali kontolku seperti
mengaduk-aduk memeknya. memeknya sesekali dikejang2kan memijat kontolku
yang sedang keluar masuk dengan cepat. Kemudian akupun menegakkan tubuh
dengan posisi berdiri di atas lutut. Untuk keseimbangan, aku membuka
kakinya lebar-lebar. Sambil berpegangan pada pahanya, akupun memberikan
pijatan-pijatan berputar di pangkal paha sampai daerah sekitar memeknya.
Dia menjadi mendengus keenakan. Gerakan putaran pantatnya jadi semakin
liar. Dengan posisi ini aku bisa memandangi dengan leluasa keluar
masuknya kontolku di memeknya. Kadang-kadang aku merendahkan pantatku
sehingga sodokan di bagian atas dinding memeknya lebih terasa. Dia mulai
menceracau, gerakan pantatnya sudah mulai melonjak-lonjak tak karuan,
aku sengaja menghentikan gerakan maju mundurku. aku tarik pelan-pelan kontolku dan kemudian
memberikan sodokan yang cepat ke memeknya. Pantatnya langsung melonjak
dan berputar lagi dengan keras.
Setiap aku menarik kontolku, terasa
bibir memeknya ikut tertarik keluar. Tapi begitu aku menyodokkan
kontolku, bibir memeknya terasa melipat ke dalam dan seperti menelan
kontolku.
Setengah jam kemudian, badanku sudah basah oleh keringat. Kadang-kadang
dia mengangkat badannya, menciumku dan kemudian menjatuhkan badannya
lagi. Yang jelas sprei tempat tidur sudah tidak beraturan lagi. Dia
masih mengelinjang-gelinjang menikmati sodokan-sodokan kontolku.
Akhirnya, dia merenggut leherku dan mendekapnya dengan kuat. Kakinya
juga menjepit pinggangkua kuat sekali, sambil mendesah “aaagggghhhhhhh”.
Akupun tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kujatuhkannya badannya ke
kasur dan kupeluk dengan erat sambil mempercepat pompaannya. Pantatku
hampir-hampir tidak bisa bergerak karena jepitan kakinya. Aku
mempercepat gerakan kontolku, dan sekali, dua kali, tiga kali, sampai
empat kali aku mengejan, menyemprotkan pejunya didalam memeknya.
Badanku menjadi tegang sambil masih berpelukan kuat dengannya.
Beberapa
saat tubuh kami masih tegang berpelukan sambil menahan nafas berusaha
menikmatinya. Akhirnya tubuh kami menjadi lemas dan pelukannyapun
mengendor. Kakinya sudah tidak menjepit pinggangku lagi. Tapi aku masih
tetap tergeletak di atas tubuhnya. Aku mencium kening, mata, hidung dan
bibirnya. Akhirnya kami saling melepaskan pelukan. Dengan pelahan
kucabut kontolku dari memeknya.
Dia sedikit menggelinjang waktu aku mencabutnya. "mas, nikmat banget deh
dien tot sama mas. Lagian mas mesra banget deh memperlakukan Narti,
seperti Narti ini pacar mas saja.
Istirahat dulu ya mas, abis itu Narti
masih kepingin ngerasain kontol mas ngaduk2 memek Narti lagi", kataku.
"Iya sayang, apa sih yang gak boleh untuk kamu", jawabku sambil
tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan tertidur karena kelelahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar