Sebagai anak angkat aku harus menjadi
anak baik dan patuh pada kedua orang tua angkatku, mereka telah
mengangkat aku sejak usiaku 7 tahun. Kini usiaku sudah menginjak 17
tahun, dan masih menjadi bagian dari keluarga angkatku. Meskipun kini
mereka telah memiliki anak sendiri, yang baru berusia 5 tahun. Sejak
saat itu mama angkatku menjadi lain sikapnya padaku.
Kalau dulu dia begitu baik kini dia
berubah, sejak kelahiran anak kandungnya. Tapi aku masih bersyukur
karena papa angkatku, papa Dodi begitu baik dan sayang padaku, papa baru
saja merayakan hari ulang tahunnya yang pas ke 40 tahun. Banyak
keluarga dan koleganya yang hadir di acara tersebut, papa memang pria
yang baik bahkan dia masih terlihat keren.
Banyak juga teman-teman Retno yang suka
godain papa, katanya Retno beruntung memiliki papa yang baik dan juga
tampan. Mereka tidak tahu kalau aku adalah anak angkatnya, begitu juga
Vian pacarku. Dia tidak tahu kalau aku anak angkat, padahal aku pacaran
dengannya sejak masuk ke sekolah ini. Berarti sudah hampir 3 tahun kami
pacaran bahkan sudah begitu banyak kami melakukan hubungan intim seperti
dalam cerita seks.
Karena hal itu sudah biasa di lakukan
oleh remaja sepertiku, karena itu aku begitu menyayangi Vian pacarku.
Hampir setiap hari kami selalu berduaan di sekolah, dan selalau mencuri
waktu untuk melakukan adegan layaknya seperti dalam cerita sex. Sore itu aku
pergi ke rumah Vian tanpa sepengetahuannya, pikirku aku ingin memberikan
kejutan padanya bahkan aku membawakannya makanan kesukaan dia.
Tapi aku terkejut ketika aku masuk ke
kamar Vian. Aku melihatnya sedang bermesraan dengan Gita teman satu
kelasku “Viaaan… aapa..apa maksud kalian..” Teriakku dan sempat aku
lemparkan makanan ke mukanya “Retnoo.. tunggu biar aku jelasin..” Vian
mencoba membujukku, tapi ketika aku melihat lagi ke arah Gita yang
sedang merapikan bajunya aku semakin muak.
Karena aku tahu apa yang telah mereka
lakukan, dengan cepat aku pergi dari rumah Vian. Yang memang selalu sepi
karena kesibukan orang tuanya yang jarang ada di rumah, aku menangis
dan terus menangis di dalam taksi yang membawaku pulang, sejak hari itu
aku tidak lagi tegur sapa dengan Vian. Bahkan ketika dia memaksaku untuk
berbicara dengannya di sekolah aku langsung menangis histeris.
Dalam hati aku begitu membenci Vian
cowok yang selama ini begitu baik padaku, bahkan aku telah menyerahkan
segalanya pada dia. Akupun menjadi jarang keluar rumah, aku tidak lagi
sering hang out dengan teman-temanku, walau sebenarnya di rumah akupun
selalu di buat pusing oleh mama yang sering marah padaku. Tinggal papa
Dodi yang begitu baik padaku.
Hingga pada suatu hari kami di tinggal
pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara
keluarga di luar kota. Tinggal aku dengan papa di rumah, padahal sebelum
mama pergi papa sudah tidak enak badan, karena itu dia tidak berangkat
kerja dan sudah 3 hari dia tidak bekerja. Aku menjadi kasihan padanya
meskipun ada asisten rumah tangga kami.
Tapi aku begitu kasihan melihat papa
karena itu aku yang merawatnya hingga diapun lebih segeran setelah 3
hari. Pagi itu aku datang ke kamar papa setelah baru selesai mandi, aku
langsung sarapan dan tidak melihat pembantuku aku tahu dia sedang pergi
berbelanja di jam seperti sekarang. Dengan langkah gontai aku masuk
kedalam kamar papa ternyata dia berada di dalam kamar mandi.
Entah keberanian darimana aku mendekat
ke kamar mandinya lalu aku mengintip apa yang dilakukan papa di dalam
sana, ternyata papa sedang memainkan senjatanya dengan tangannya
sendiri. Akupun merasa kasihan padanya karena aku tahu juga pernah
melakukan adegan seperti dalam cerita seks 17 tahun akhirnya akupun
merasakan gairahku bangkit dan tanpa malu sedikitpun aku masuk ke dalam
kamar mandi papa.
Papa kaget melihatku “Reetno..apa yang
kamu lakukan disini..” Aku tidak menjawab pertanyaan papa, tapi aku
langsung menghampirinya lalu akupun duduk dengan wajah pas di depan
kontolnya, perlahan tapi pasti aku memegang kontolnya lalu aku kulum
dalam mulutku “Jangaaan sayaaang….aaaaaggghhhh..” Awalnya papa menarik
tubuhnya tapi begitu aku mainkan kontolnya dalam mulutku.
Diapun berubah terdiam dan menikmati
kuluman mulutku “Aaaagaggggghhhh… aaaaggggggghhhhh… sayaaaaaang….
aaaaaggggghhhh..” Dia pejamkan matanya sambil memegang kepalaku,
sedangkan aku semkain ayik memainkan kontolnya mulai dari aku kulum
sampai aku hisap telornya “Oooouuggggghhh… nikmaaaaat… sayaaaang…
aaagggghh… aagggghhhhhhh… aaagggghhh..”.
Papa tidak lagi malu padaku dia
sepertinya juga sadar kalau akupun juga bukan darah dagingnya. Kontol
papa semakin membesar dan semakin tegak berdiri, diapun membopong
tubuhku lalu dia membaringkan aku di tempat tidurnya. Aku segera melepas
pakaianku dan meliuk-liukannya agar papa lebuh terangsang lagi melihat
lekuk tubuhku yang lebih muda darimama.
Diapun menindihku ketika kontolnya mampu
menyusup ke dalam kemaluanku akupun mendesah sambil melingkarkan
tangannku pada lehernya “Yaaaccchhhhh… aaaagggghhh… yaaaaacchhh.. paaa…
itu..paaaa…. aaagggggghh… aaaaaagggghhhh.. aaaggghh..” Aku mengimbangi
goyangan pantat papa, dan dia sepertinya puas dengan hal itu terlihat
dia terus menatapku dengan tajam.
Desah nafas papa begitu berat dan
membuat akupun keraanjingan “Aaaaaagggghhh…. paaaaa… aaagggghhhh…
aaaggggghhh… teruuuuuus… paaaa… ” Senjata papa sungguh begitu besar,
beda banget dengan milik Alvin mantan pacarku, papa juga begitu kuat dia
terus bergoyang. Tanpa merasa keletihan sedikitpun diapun menciumi
wajahku dan aku membalasnya dengan mesra juga.
Hingga kurang dari setengah jam kami
bergoyang akhirnya papapun mengerang panjang “OOoouuggggghhh….
aaaggggghh… aaaagggghhh… aaaaaggggghhh… aaaaaaggghh…” Dia menekan lebih
dalam kontolnya hingga akupun merasakan lendir kental yang mengalir
dalam kemaluanku, aku peluk tubuh papa dan diapun memeluk tubuhku. Kami
begitu puas melakukan adegan ranjang ini.
Hingga akhirnya aku segera bangun karena
takut sampai ketahuan oleh pembantu yang akan segera datang. Tapi sejak
saat itu aku sering melakukannya dengan papa Dodi, dan anehnya aku
tidak merasa menyesal sedikitpun bahkan dalam hatiku aku merasa ada
perasaan pada papa, seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang di
mabuk cinta. Aku tidak lagi memikirkan kalau papa adalah orang tua
angkatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar